Olahraga

Summer Fights ke-4 sebagai Sport Tourism Tarik Wisman ke Bali, Perebutkan Sabuk Kejurnas

 Minggu, 18 Desember 2022 | Dibaca: 254 Pengunjung

Gelaran Summer Fights ke-4 terhadap pecinta olahraga seni bela diri Muaythai, sebagai sport tourism yang banyak hadirkan Wisman ke Bali.

www.mediabali.id, Badung. 

Summer Fights ke-4 merupakan sport tourism istimewa di penghujung Tahun 2022, yang kembali hadir bagi pecinta olahraga seni beladiri Muaythai.

Penyelenggaraan Summer Fights ke-4 tampil berbeda dari tiga event sebelumnya, dimana akan memperebutkan sabuk kejuaraan nasional di kategori middleweight, lightweight, dan juga welterweight.

Maka dari itu, sabuk yang akan diperebutkan para petarung tersebut telah diotorisasi oleh Muaythai Professional Indonesia (MPI).

Kemudian, para pemenangnya akan resmi diakui menjadi petarung profesional dan boleh mengajukan tantangan terhadap para pemegang sabuk kejuaraan. Selain itu, pemenang dapat bertarung di ajang level internasional.

Sabuk yang akan diperebutkan dalam laga Serieal vs Raymond (middleweight), Rahman vs Maruli (welterweight), dan Brandon vs Fahri (lightweight). 

"Jadi memang kami berencana akan membawa petarung-petarung Indonesia ke kancah internasional. Tahun depan kami akan membawa mereka untuk berlaga di Thailand," ungkap Marcos Manurung selaku promotor Summer Fight, Sabtu (17/12/2022).

Baca juga:
Wisata Kuliner di Ubud, Penggemar Iga Bakar Nikmati Sajian Warung Vayana

Selanjutnya, dalam perhelatan yang akan digelar pada, Minggu, 18 Desember 2022 pukul 16.00 Wita, semakin spesial karena menghadirkan match antar perempuan. Petarung Winnia vs Sri dijadwalkan akan bertarung di kelas semi pro. 

Diketahui pada laga internasional, kehadiran match perempuan bukan sesuatu yang asing. Namun di Indonesia yang masih begitu patriarkis dan penuh bias gender, pertarungan Winnia dan Sri merupakan satu dobrakan spektakuler. Summer Fight 2022 sebagai penanda dalam kaitannya dengan isu-isu feminisme di Indonesia. 

Summer Fight 2022 memiliki beragam keistimewaan, setelah ritual Wai Khru yang menggambarkan tradisi sportif, respek, dan kekesatriaan. Perhelatan akbar yang akan membuat ramai International Conference Centre Bali, itu dikejutkan oleh first match dua petarung muda belia yang sangat menjanjikan. 

Dimana beberapa tahun ke depan, mereka digadang-gadang akan menjadi petarung profesional yang berlaga di events kelas dunia. Tentu saja hal tersebut menjadi perhatian serius, khususnya bagi promotor Summer Fight demi kepastian regenerasi Muaythai di Indonesia. 

"Pecinta Muaythai di Indonesia makin banyak dan kami ingin membuka ruang selebar-lebarnya agar mereka bisa menapaki karir di dunia yang digelutinya," tegasnya.

Baca juga:
Kedutaan Besar Argentina Berkunjung ke Polresta Denpasar

Akan tetapi, pasca tiga kali digelar, Summer Fight di Bali sama sekali belum mendapat dukungan dari pemerintah. 

Tentu saja hal ini sangat strategis bila menjadi bagian dari sektor kepariwisataan atau sport tourism. Sebab, berdasarkan data panitia penyelenggara, 65 persen dari dua ribu penonton summer fight adalah wisatawan mancanegara. Umumnya mereka datang ke Bali, karena memang ingin menyaksikan Muaythai match.

Oleh sebab itu, sejak event yang pertama, Summer Fight sudah dikemas secara internasional. Hal ini dapat dilihat dari MC dan komentator yang menggunakan bahasa Inggris. Bahkan, wawancara dengan para petarung pun langsung dialih bahasakan oleh penerjemah. 

"Kami sangat terbuka jika harus berkolaborasi dengan pemerintah. Namun jika tidak pun tak apa," demikian tutup Marcos. 012


TAGS :