Bisnis

Pertumbuhan Ekonomi Bali Makin Solid, Raih Peringkat 6 dari 34 Provinsi di Tanah Air

 Senin, 18 Maret 2024 | Dibaca: 209 Pengunjung

Suasana 'Ngeraos Sareng Media', dihadiri Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali G.A Diah Utari (kanan) dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja (tengah), Senin (18/3) di Ubud, Gianyar.

www.mediabali.id, Gianyar. 

Diperkirakan perekonomian dunia membaik dari proyeksi sebelumnya di Tahun 2024. Perekonomian dunia ditopang kuatnya kinerja konsumsi dan investasi AS dan India yang tinggi. Sementara itu, ekonomi Tiongkok masih lemah serta kontraksi pertumbuhan di Inggris dan Jepang yang terjadi dalam 2 triwulan di 2023 berturut-turut dapat mempengaruhi prospek pertumbuhan global selanjutnya. 

Menurut Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali G.A Diah Utari bahwa penurunan inflasi global tertahan, Fed Fund Rate diprakirakan baru menurun pada semester II 2024 sejalan dengan eskalasi ketegangan geopolitik yang mengganggu rantai pasok, meningkatkan harga komoditas pangan dan energi, serta menahan laju penurunan inflasi global. Sedangkan, Yield US Treasury kembali meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang (term-premia).

"Ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi sejalan dengan potensi keberlanjutan tensi geopolitik, gangguan rantai pasok, dan perlambatan laju disinflasi," ucap Utari, dalam temu Ngeraos Sareng Media, Senin (18/3/2024).

Diperkirakan terjadi pertumbuhan ekonomi yang baik diperkirakan berlanjut di Tahun 2024. Menurut Utari, pertumbuhan PDB Nasional pada 2024 diprakirakan meningkat pada kisaran 4,7-5,5% (yoy) didukung oleh perkembangan eksternal dan domestik yang positif.

Selain itu, kinerja total ekspor membaik didukung oleh peningkatan prospek ekonomi global serta positifnya keyakinan pelaku ekonomi domestik. Sejalan dengan hal tersebut, konsumsi RT serta investasi/PMTB khususnya non bangunan perlu didorong untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Dari sisi kebijakan, BI terus memperkuat bauran kebijakan, khususnya melalui kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran, serta bersinergi dengan kebijakan fiskal pemerintah," terang Utari.

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi Bali semakin solid ditinjau atas persentase sejumlah sektor: Akmamin 20,43%; Pertanian 14,06%; Transportasi 9,85%; Konstruksi 9,68%; Perdagangan 9,11%; Konsumsi RT 51,95%; Investasi 29,28%; Kons. Pemerintah 12,49%; Ekspor 36,69%; dan Impor 4,96%.

Ditambahkan Utari, pertumbuhan ekonomi Bali diprakirakan ditopang oleh perbaikan kinerja lapangan usaha utama di Bali khususnya LU Pertanian seiring membaiknya fenomena El Nino. Di samping itu, perbaikan kinerja LU Perdagangan sejalan dengan peningkatan konsumsi dan optimisme masyarakat. Sementara, dorongan kinerja LU Konstruksi dipengaruhi oleh penambahan jumlah konstruksi proyek strategis pada 2024. 

"Kunjungan wisatawan diprakirakan akan terus meningkat meskipun tidak setinggi tahun sebelumnya tercermin dari optimisme berbagai maskapai baik domestik maupun internasional yang melakukan penambahan rute baru ke Bali. Di samping itu, terdapat perluasan digitalisasi yang juga berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ekonomi Bali pada triwulan IV 2023 yang tumbuh menguat pada 5,86% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,36% (yoy). Level pertumbuhan ekonomi Bali ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan nasional yang tumbuh sebesar 5,04% (yoy) dan menempati peringkat 6 (enam) dari 34 Provinsi di Indonesia," bebernya.

Disinggung pula mengenai kinerja penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 6,62% (yoy) pada triwulan I (Posisi Januari) 2024, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,11% (yoy). Secara agregat, terdapat penurunan rasio NPL pada triwulan I (Posisi Januari) 2024 yang tetap terjaga di bawah 5%. 

"Kredit yang digunakan untuk konsumsi dan investasi juga melanjutkan tren peningkatan pada sejak 2023 hingga 2024, sementara itu pertumbuhan KMK mengalami 
perlambatan," katanya.

Inflasi di Bali
Sejauh ini mengenai tekanan inflasi sesuai target pada range 2,5±1%. Pada Februari 2024, secara bulanan Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,61% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,09% (mtm).

Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali sebesar 2,98% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,75% (yoy). 

"Inflasi terutama disumbang oleh kenaikan harga beras, tomat, cabai merah, daging ayam ras, dan daging babi. Sementara itu, laju inflasi yang lebih tinggi masih tertahan oleh penurunan harga bawang merah, cabai rawit, dan ikan tongkol," tambah Utari.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali  Erwin Soeriadimadja menerangkan apabila perekonomian di Bali pada Triwulan IV mampu mencapai angaka 5,71% (yoy). Inflasi sebesar 2,98% (yoy).

"Capaian-capaian tersebut merupakan hasil sinergi dan koordinasi berbagai pihak untuk mendorong perekonomian di Bali," demikian Erwin. 012

 


TAGS :