Peristiwa

Kelola Pesisir dan Bioteknologi Lewat Konferensi Internasional Ke-4 ICMMBT, Penanganan Sektor Hulu Hilir Terintegrasi

 Selasa, 12 September 2023 | Dibaca: 243 Pengunjung

Suasana pemukulan gong dalam pembukaan Konferensi Internasional Ke-4 ICMMBT, di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (12/9/2023).

www.mediabali.id, Badung. 

Konferensi Internasional ke-4 dalam bidang Integrated Coastal Management (ICM) & Marine Biotechnology tahun ini diselenggarakan di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (12/9/2023).

Pelaksanaan kegiatan diselenggarakan oleh Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB University, ATSEA, Archipelagic & Island States Forum, dan DAAD pada tahun ini mengusung tema 'Good practices and innovations towards blue carbon'. 

Tercatat sebanyak 15 negara, di antaranya: Timor Leste, Australia, Fiji, Madagaskar, Philipina, Vietnam, China, Indonesia, Australia, Argentina, Papua Nugini, Malaysia, Thailand, dan lainnya, sekaligus dihadiri lebih dari 70 institusi untuk menyukseskan konferensi. Sedangkan, total 225 peserta turut mengambil bagian dalam mempresentasikan hasil penelitiannya.

Kepala Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB University, Prof. Dr. Yonvitner, S.Pi., M.Si., serta UNDP Indonesia Dr. Aretha Aprilia, dan Kantor DAAD Indonesia Jakarta, Ms. La Budza, memberikan sambutan dan berharap agar pertemuan ini menjadi ajang sharing knowledge dan membangun jejaring yang baik terhadap semua peserta.

Prof. Dr. Arif Satria, SP., M.Si., selaku Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) University mengatakan salah satu perwujudan visi negara Nusantara Tahun 2045 adalah dengan memperkuat cinnectivity antara Pulau dengan jejaring laut.

"Maka itu, konsep agromaritime menjadi sangat relevan dalam mendorong kemajuan Indonesia. Agromaritime tidak sekedar simbolik, namun menjadi ruanh ekonomi yang kompetitif dan berdaya saing untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045," kata Prof. Arif Satria.

Pihaknya turut menambahkan apabila forum pertemuan ini penting karena Indonesia sebagai negara kepulauan, perlu dikelola dengan baik secara sustainable.

"Semisal kita melihat Pantura Jawa, di mana sudah banyak terjadi krisis ekologis di kawasan pesisir, baik di daerah Demak, Semarang, Pekalongan, karena adanya praktik pembangunan yang membuat kita ini mengalami penurunan permukaan tanah. Banyak orang menyedot air, banyak menyedot air karena kualitas airnya banyak yang tidak bagus, lalu diikuti kualitas air yang tidak bagus karena pencemaran. Hal ini juga memicu banjir, di mana penanganan banjir menimbulkan biaya yang cukup besar. Sebagai kawasan bisnis, kita penting jadikan benteng ekonomi dan benteng ekologi," tegasnya.

Selain itu, Prof. Arif Satria menegaskan dampak aktivitas di perairan tidak sampai memberikan pengaruh signifikan ke daratan, sehingga dibutuhkan pengelolaan tata ruang di darat dan laut.

 

"Bagaimana kita membuat tata ruang secara terintegrasi, sehingga pembangunan dapat tumbuh holistik dan ada konektivitas antara pembangunan untuk di darat dan laut," ucapnya.

Disinggung seberapa parah pengelolaan dan tata ruang darat serta laut. Prof. Arif Satria tidak menampik sudah sangat parah dan harus segera ditanggulangi, ia pun kembali mencontohkan seperti di Pantura.

"Ini harus segera dikerjakan, bahkan tidak dapat dikerjakan 1 hingga 2 tahun, tetapi jangka panjang. Ya kuncinya adalah tata ruang dahulu. Sampai saat ini saja, masih sulit mengintegrasikan tata ruang darat dan laut. Misal, kerusakan karena penebangan hutan masif akan berpengaruh ke laut, ibarat yang hulu dan hilir saling berkaitan," bebernya.

Sementara pembicara kunci di Hari Pertama, Menteri PPN/BAPPENAS yang diwakili Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumberdaya Alam, Dr. Vivi Yulasti, M.Sc., yang menekankan tentang tantangan dan peluang dalam ICM dan Marine Biotechnology.

"Sebab mengenai tantangan global akan semakin kompleks seiring dengan perubahan yang cepat di setiap sektor pembangunan," kata Vivi.

Assc. Prof. David Francis dari Daekin University sebagai pembicara kunci kedua memaparkan tentang Marine Biotechnology in Aquaculture. David berfokus terhadap pengembangan solusi nutrisi yang memfasilitasi pertumbuhan berkelanjutan industri akuakultur global. 

Berikutnya, kegiatan hari pertama Selasa (12/9) diisi denhan sesi paralel untuk memaparkan hasil penelitian, kemudian sesi ATSEA yang difasilitasi oleh Dr. Handoko Adi Susanto, lalu sesi AIS/SISA Blue Ecomony Development Index yang difasilitasi oleh Prof. Dr. Ir. Luky Adrianto, dan DAAD Alumni-Forum for Marine Resources Studies (DAMARS) yang difasilitasi oleh Prof. Dr. Ir. Ario Damar, M.Si., kegiatan ini pula dihadiri oleh Prof. Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, IPU, ASEAN ENG., dan DAAD alumni representatives global connectivity on ICM & MBT.

 

Untuk selanjutnya, konferensi hari Kedua, Rabu (13/9), dengan dihadiri Direktur Eksekutif PEMSEA, Ms. Aimee T. Gonzales sebagai pembicara kunci yang berfokus pada mekanisme koordinasi regional untuk mendorong pesisir dan lautan yang sehat dan tangguh melalui penerapan solusi pengelolaan terpadu berbasis ilmu pengetahuan dan kemitraan strategis di Laut Asia Timur.

 

"Jadi sistem ICM mendukung pendekatan manajemen yang dinamis dan terus relevan dalam implementasi lokal dari agenda global, termasuk tujuan pembangunan berkelanjutan PBB hingga 2030, Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Pasca 2020 Kunming-Montreal, Perjanjian Paris, dan konvensi internasional terkait lainnya serta perjanjian regional," pungkas Aimee. 012

 

 

 

 


TAGS :