Lingkungan

Desa Adat Serangan Tingkatkan Pemahaman Tanggap Bencana Melalui FGD

 Senin, 18 Juli 2022 | Dibaca: 383 Pengunjung

FGD Desa Adat Tangguh Bencana (Desdatana) di Kantor Lurah Desa Serangan, melibatkan BPBD Kota Denpasar, bekerjasama dengan PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sanggaran, Densel, Senin (18/7/2022)

www.mediabali.id, Denpasar. 

Focus Group Discussions (FGD) dengan tema ‘Perencanaan Program Kebencanaan dan Inisiasi Desa Adat Tangguh Bencana (Desdatana)', bertujuan digelar untuk mengantisipasi dini bahaya kebencanaan di wilayah Desa Serangan, Denpasar Selatan.

Pertemuan di lantai 2 ruang rapat Lurah Serangan ini dihadiri bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkot Denpasar, BPBD Prov. Bali, Linmas Serangan, Forum FRB, BTID, dan undangan lainnya, dengan inisiator PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sanggaran.

Menurut Firman Nugroho selaku Fuel Terminal Manager Pertamina Patra Niaga Sanggaran, Densel, bahwa wujud pembinaan dan pembentukan Desa Adat Tangguh Bencana (Desdatana) dilakukan melalui proses FGD dan didukung dengan Corporate Social Responsibility (CSR) yang tepat sasaran untuk Desa Serangan.

“Ini adalah bagian dari CSR, kami harapkan ada keberlanjutan dan dana yang telah kami persiapkan dapat bermanfaat untuk wilayah ring 1 operasional FT Sanggaran. Sebab, Pulau Serangan Densel juga sangat strategis sebagai Daya Tarik Wisata (DTW), kami berharap bisa mendukung layanan pariwisata (lingkungan-red) FT Sanggaran dalam layanan desa adat yang tanggap bencana,” ucap Firman, Senin (18/7/2022). 

Kepala Pelaksana BPBD Kota Denpasar Drs. Ida Bagus Joni Ariwibawa, M.Si., usai membuka pelatihan dan pembinaan Desdatana mengatakan antisipasi kebencanaan di wilayah Kota Denpasar digelar dengan melibatkan peran desa adat.

Penanganan di Desa Adat Serangan, melibatkan jagabaya dan masyarakat lokalnya untuk meningkatkan ketertiban dan menjamin keselamatan masyarakat.

“Sekarang kita menggerakan desa adat dengan menginisiasi dan menumbuhkan ketangguhan desa adat dalam bahaya bencana. Hal ini karena desa adat di Bali, lebih berperan dalam menggerakan masyarakat dan secara lokal genius, penanggulangan bencana di Bali bukanlah hal yang asing lagi,” katanya.

Kerjasama dilakukan dan diawali di Desa Adat Serangan, sebagai bentengnya Bali dalam menghadapi bahaya bencana alam Tsunami. Oleh karena itu, keberadaan Desa Adat Serangan tentu harus dijaga dari bahaya bencana alam dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yang didukung pengetahuan tentang pengetahuan bencana, sekaligus alamnya dirawat dan dilindungi. 

“Mitigasi seperti penanaman pohon mangrove juga dilakukan desa adat dalam menjaga kelestarian hutan mangrove, menjaga kelestarian sumber mata air, dimana semua ini sangat efektif dilakukan oleh desa adat,” tegas Kalaksa BPBD Kota Denpasar Joni Ariwibawa.

Sementara itu, Lurah Serangan I Wayan Karma, S.IP., MH., menambahkan antisipasi dini bahaya tsunami melalui pelatihan Desdatana. Selain itu, menjaga masyarakat merawat mangrove sebagai penahan laju air bilamana terjadi Tsunami. 

“Lewat adanya tanaman mangrove inilah, gelombang pasang tsunami itu menjadi pelan-pelan laju airnya. Nah, kalau tidak ada mangrove bisa habis rumah warga,” ucapnya.

Hal penting lainnya adalah perencanaan dalam Desatana, untuk memberikan kepekaan terhadap masyarakat dan langkah menyelamatkan diri bila ada bencana alam. 

“Namun, kita harus tetap membuat perencanaan untuk menanggulangi bencana itu sendiri, dengan proses penanggulangan melalui pelatihan-pelatihan, bahkan sejak 2016 telah berjalan dibuat kelompok dan pemetaan alur jika terjadi bencana alam,” tandasnya. 012


TAGS :