Teknologi

IDF 2022 Dorong Gagasan Strategis dan Karya Produktif sebagai Solusi Industrialisasi di Indonesia

 Senin, 21 November 2022 | Dibaca: 288 Pengunjung

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa hadiri pertemuan IDF Tahun 2022 dalam meningkatkan kemajuan industrialisasi di Indonesia, Senin (21/11/2022).

www.mediabali.id, Denpasar. 

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas RI) mengadakan  Indonesia Development Forum (IDF) Tahun 2022, konferensi internasional ini sebagai wadah bagi praktisi pembangunan di sektor publik, swasta, dan nirlaba untuk bertemu dan bertukar gagasan perencanaan pembangunan.

Menariknya di puncak penyelenggaraan 21-22 November 2022, IDF membahas berbagai strategi jitu industrialisasi untuk kebijakan pembangunan industri, sehingga mampu mendorong transformasi sosial dan ekonomi baru untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju, adil, dan sejahtera.

IDF 2022 sekaligus menekankan adanya rencana induk pengembangan industri digital Indonesia 2023-2045, beserta peta jalan ekosistem industri kedirgantaraan 2022-2045.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) /Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan tenaga kerja Indonesia tidak menjadi pembuat (Maker), tetapi justru lebih menjadi penjual. Sebab, masih banyak yang menghantui pola pikir 'kalau kita dapat beli dengan mudah atau murah, mengapa harus membuat'.

"Kita terlalu lama berada di middle income, ada hampir 29 Tahun kita di middle income. Sedangkan, belajar dari negara-negara tetangga mereka hanya 18-20 Tahun (middle income). Bagaimana mereka bisa cepat? Strateginya, industri salah satunya mengembangkan industri manufaktur dan melibatkan swasta dan akademisi untuk pembuat (maker) suatu produk. Terlalu cepat juga kita menjadi pedagang, pengekor, buyer, atau pemakai yang membuat migrasi rekan kerja kita dari pertanian menjadi ke pedagang," kata Suharso di Movenpick Resort, di Jalan Wanagiri No. 1, Jimbaran, Badung, Bali, Senin (21/11/2022).

Tantangan kedepannya terhadap industrialisasi dinilai Suharso, semakin meningkat, sehingga perlu dilakukan adanya re-industrialisasi yang lebih baik.

"Maka kita harus melakukan re-industrialisasi, yang sustainable, smart, dan fungsional. Konsumen juga semakin pandai. Maka model bisnisnya akan berubah, permintaan dan tenaga kerjanya akan berubah, kemudian cara pembayarannya juga akan ikut berubah," imbuh Suharso kelahiran Mataram, 31 Oktober 1954, sekaligus juga politisi dari PPP.

IDF sekaligus membahas gagasan baru strategi industrialisasi, terutama untuk menciptakan nilai tambah produksi, peningkatan kualitas SDM, dan merespons dinamika perkembangan global dan digitalisasi di era kekinian yang semakin maju.

Kementerian PPN/Bappenas mengajak pemangku kepentingan untuk berpikir kembali, menyusun kembali strategi ke depan, dalam rangka re-industrialisasi. Hal ini bagian dalam rencana jangka panjang nasional Indonesia. Di mana Suharso mengatakan tidak masuk di renstra industri, tetapi menempatkan industri dalam peta Indonesia, makro Indonesia, untuk percepatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

"Hari ini (Senin) kita akan lihat, bagaimana mendorong kerja sama seperti ini, misalnya kerja sama antara PT Dirgantara Indonesia dengan Institut Teknologi Bandung. Kemudian, juga peluncuran hasil kerja sama master plan antara Kementerian PPN/Bappenas dengan PT Telkom," tegasnya.

Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas Taufik Hanafi mengawali pembukaan dengan mengatakan ide-ide inovatif dan aspirasi dalam pembahasan IDF dibutuhkan untuk didengar pemerintah, sehingga dapat diinisiasi menuju efektifitas dan mendorong industrialisasi, sehingga Indonesia menjadi negara yang maju dan sejahtera.

"Solusi-solusi bersama dan inovatif yang dihasilkan melalui rangkaian IDF 2022, diharapkan dapat melengkapi dan memperkuat efektifitas kebijakan pemahaman industri yang ada di Indonesia, sehingga mampu mendorong transformasi sosial dan ekonomi Indonesia," kata Hanafi.

Berbagai inovasi penyelenggaraan IDF dilakukan Kementerian PPN/Bappenas RI dalam penyelenggaraan IDF. Di mana sejak Tahun 2017, Kementerian PPN/Bappenas menyelenggarakan IDF, konferensi internasional yang menjadi wadah bagi praktisi pembangunan di sektor publik, swasta, dan nirlaba untuk bertemu dan bertukar gagasan perencanaan pembangunan.

Pertemuan IDF series 2022 'Inspire, Imagine, Innovate, dan Initiate' dengan mengusung puncak acara bertema 'The 2025 Development Agenda: New Industrialization Paradigm for Indonesia’s Economic Transformation'.

"Tema ini diambil karena Kementerian PPN/Bappenas RI sedang menyusun agenda transformasi ekonomi Indonesia. Melalui agenda ini menjadi masukan penting dalam proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) mendatang yang  mengedepankan pentingnya pembangunan di sektor industri dalam transisi menuju negara maju dan lepas dari ketergantungan ekstraktif," tegasnya.

Prof. Ricardo Hausmann selaku Director of Harvard's Growth Lab and The Rafik Hariri Professor of the Practice of International Political Economy at Harvard Kennedy School menegaskan bahwa peranan manufaktur di Indonesia sangat potensial, karena banyak didukung bahan-bahan manukfaktur. Produk intensif energi ingin ditempatkan di dekat tempat yang kaya akan energi hijau

"Rethinking Indonesia's Industrial Future: The Role of Manufacturing in Economic Growth," kata Prof. Hausmann.

Kemudian sektor industri akan menjadi transformasi melalui penciptaan produk-produk bernilai tambah tinggi, pemanfaatan teknologi, dan peningkatan kapasitas sumber daya, hingga akhirnya akan turut berkontribusi pada peningkatan efisiensi ekonomi dan kesejahteraan.

Prof. Bambang Brodjonegoro selaku mantan Menteri Riset dan Teknologi 2019-2021 serta mantan Menteri PPN/Kepala Bappenas (2016-2019) ini menerangkan bilamana ingin mencapai visi di Tahun  2045 dibutuhkan sesuatu cara yang baru, untuk Indonesia segera naik kelas menjadi negara dengan perpendapatan tinggi atau negara maju.

"Salah satu yang membuat sektor industrialisasi kita tidak seperti negara tetangga Malaysia, Thailand, China, hingga Korea, karena kita stag di garment. Sedangkan negara lain, melaju terus dengan industri elektronik. Jadi, kunci keberhasilan industrialisasi suatu negara adalah kalau suatu negara itu berhasil membangun industri yang kompleks, atau industri yang susah, kita harus menjadi negara yang membuat produk. Kita harus tingkatkan kompleksitas atas produk yang dihasilkan, tidak hanya mengejar growth manufakturing dan menghasilkan produk yang lebih kompleks. Contohnya kita punya nikel, tapi tidak saja menggali tanah tanah dan menjual nikel. Tapi, lewat nikel kita membuat produk seperti baterai," tegas Prof. Brodjonegoro yang juga Menteri Keuangan Tahun 2014-2016 ini.

IDF sekaligus sebagai forum utama dalam mendiskusikan solusi menyangkut isu-isu pembangunan di Indonesia, seperti masalah kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan kesempatan kerja.

Berbagai sesi dibahas secara interaktif untuk menggali kembali pemikiran dan pendekatan baru dalam menghadapi berbagai tantangan pembangunan utama Indonesia. Selain itu, IDF 2022 mampu terfokus dalam pembangunan industri di Indonesia dan diharapkan dapat menginspirasi pembicara dan peserta IDF dalam memikirkan gagasan-gagasan baru tentang peningkatan kapasitas industri di Indonesia di masa depan, dalam menciptakan nilai tambah dari sumber daya yang dimiliki (SDA dan SDM), sekaligus merespon perkembangan pasar yang dinamis dan siklus perkembangan teknologi yang berlangsung
makin cepat.

"Diharapkan hasilnya dapat melengkapi, memperkuat, dan meningkatkan efektivitas kebijakan pembangunan industri yang ada, sehingga mampu mendorong transformasi sosial dan ekonomi di Indonesia dalam mewujudkan visi menjadi negara maju, adil, dan sejahtera," tandasnya. 012


TAGS :