Kesehatan

Krisis Hipertensi: Jenis Tekanan Darah Tinggi yang Mengancam Nyawa

 Senin, 18 Juli 2022 | Dibaca: 403 Pengunjung

dr. Made Dyah Vismita Indramila Duarsa

www.mediabali.id, Denpasar. 

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu penyebab terbesar morbiditas di dunia. Hipertensi sering disebut sebagai silent killer disease (penyakit pembunuh diam-diam). Namun, walaupun dikenal sebagai pembunuh diam-diam, hipertensi masih sering disepelekan oleh masyarakat. Hanya sedikit yang menganggap hipertensi perlu ditatalaksana secara kontinyu.

Edukasi tentang jenis hipertensi, khususnya kondisi krisis hipertensi yang dapat mengancam nyawa penting untuk dilakukan. Oleh karena itu tulisan ini dibuat dengan harapan pemahaman tentang pentingnya menjaga tekanan darah tetap terkontrol secara kontinyu dapat dicapai.

Secara praksis, tulisan ini bertujuan untuk menekan angka kejadian hipertensi sehingga penyakit-penyakit fatal lain (stroke/serangan jantung) yang dipicu oleh hipertensi dapat dicegah. 

PERBEDAAN HIPERTENSI DENGAN KRISIS HIPERTENSI
Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah sama atau melebihi 140/90 mmHg pada individu yang tidak mengkonsumsi obat hipertensi. Penegakan diagnosis hipertensi perlu dipastikan oleh tenaga kesehatan. Pengukuran tekanan darah dilakukan dua kali dalam setiap kunjungan pada minimal dua kali kunjungan atau lebih.

Pengukuran dilakukan dengan alat yang sudah dikalibrasi secara rutin dengan kondisi pasien yang sudah dioptimalkan. Krisis hipertensi merupakan suatu kondisi klinis yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah mendadak pada penderita hipertensi, dimana tekanan darah lebih dari 180/120 mmHg.

Dikatakan krisis karena kondisi tekanan darah yang sangat tinggi dapat menimbulkan komplikasi berupa rusaknya organ-organ penting dalam tubuh secara lebih cepat. Target organ yang dimaksud adalah kerusakan pada jantung, ginjal, otak, pembuluh darah dan retina (mata).

Krisis hipertensi secara garis besar dibedakan menjadi dua jenis. Pembeda ini penting untuk dibedakan karena tata laksananya akan berbeda.

Pertama adalah Hipertensi Emergensi, yakni peningkatan tekanan darah yang disertai kerusakan organ target akut (sudah terjadi kerusakan). Kedua adalah Hipertensi Urgensi, yakni peningkatan tekanan darah tanpa disertai kerusakan target organ akut progressive (belum terjadi, tetapi berisiko tinggi). 

PENYEBAB HIPERTENSI DAN KRISIS HIPERTENSI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi diklasifikasikan menjadi hipertensi primer dan sekunder. Hampir 90% kasus hipertensi adalah hipertensi primer. Hipertensi primer artinya tidak diketahui penyebabnya.

Beberapa penelitian mengkaitkan faktor genetik dan faktor lingkungan seperti asupan garam, stress, obesitas, rokok dan alkohol sebagai faktor risiko hipertensi.

Hipertensi bersifat multi-faktorial sehingga tidak bisa dijelaskan hanya dengan satu mekanisme tunggal saja. Sisa 10% adalah hipertensi sekunder, artinya disebabkan oleh penyakit lain seperti penyakit ginjal, endokrin, pembuluh darah, ataupun karena obat-obatan.

Sementara itu, krisis hipertensi paling sering disebabkan oleh mekanisme rebound akibat penghentian obat anti hipertensi secara sembarangan. Penyebab hipertensi sekunder juga bisa menjadi penyebab kejadian krisis hipertensi.

KENAPA TEKANAN DARAH YANG TIDAK TERKONTROL BERBAHAYA?
Tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan perubahan struktur dan kerusakan fungsi pembuluh darah yang biasa disebut disfungsi endotel.

Disfungsi endotel akan menjadi alasan progresifitas penyakit hipertensi yang menyebabkan kerusakan organ-organ lain dalam tubuh. Perubahan aktivitas hormonal juga terjadi pada pasien hipertensi.

Aktivitas hormonal ini juga akan meningkatkan risiko kerusakan organ dan risiko penyakit jantung. Studi menunjukkan kontrol tekanan darah menurunkan insiden stroke sebesar 35-44%.

Krisis hipertensi khususnya, dalam kondisi tekanan darah yang sangat tinggi pasien jelas akan mengalami komplikasi jauh lebih cepat. Jika tidak ditatalaksana segera risiko komplikasi akut yang bisa menyebabkan kematian juga bisa terjadi.

TATA LAKSANA DAN PENCEGAHAN HIPERTENSI
Prinsip awal tatalaksana terapi hipertensi adalah dengan melakukan modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup yang dimaksud adalah menurunkan berat badan, diet rendah garam (< 6 gr NaCl/hari), membatasi alkohol, mengurangi rokok, rutin olahraga dan dengan adaptasi menu DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yaitu dengan memperbanyak sayur, buah dan produk susu rendah lemak jenuh.

Jika tekanan darah tidak terkontrol dengan modifikasi gaya hidup periksakan diri ke dokter untuk mendapat obat anti-hipertensi tepat dosis dan sesuai untuk penyakit komorbid bawaan. Penting untuk diingat kepatuhan konsumsi obat akan memberikan prognosis yang baik, begitu juga sebaliknya.

Berbeda dengan tatalaksana krisis hipertensi yang perlu ditata laksana segera dan secara komprehensif oleh dokter. Jenis hipertensi emergensi akan ditatalaksana dengan anti-hipertensi parenteral/ jalur suntik. Sedangkan hipertensi urgensi akan ditatalaksana menggunakan anti-hipertensi oral dengan monitoring ketat penurunan tekanan darah selama 24-48 jam.

MENGHADAPI HIPERTENSI
Krisis hipertensi maupun hipertensi lama yang tidak tertata laksana dengan baik dapat menyebabkan komplikasi yang fatal. Untuk menghindari komplikasi-komplikasi tersebut penting untuk menjaga tekanan darah dalam batas normal secara kontinyu.

Melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin penting untuk dilakukan, sehingga terapi dapat dilakukan sejak dini. Pasien yang sudah terdiagnosis hipertensi penting untuk selalu diedukasi tentang kepatuhan minum obat. Tidak boleh menghentikan obat secara sembarang karena berisiko menyebabkan krisis hipertensi yang lebih berbahaya. 

Tata laksana atau pengobatan hipertensi berbeda tergantung jenis hipertensinya. Khusus pada pasien hipertensi dengan riwayat komorbid yang potensi menyebabkan krisis hipertensi harus lebih awas dengan kondisi diri.

Tanda bahaya yang menandakan serangan pada target organ seperti penurunan kesadaran, sakit kepala, mual/muntah, sesak nafas, nyeri dada, kencing sedikit/ berbusa ataupun nyeri seperti disayat pada perut harus disadari dan secara sadar segera memeriksakan diri ke pelaksana kesehatan.

Modifikasi gaya hidup sehat sejak usia dini baik dilakukan dalam upaya pencegahan hipertensi. Pencegahan akan selalu lebih baik daripada mengobati.*


TAGS :