Peristiwa

Bola Mata Thiolina Harus di Check Up Dua Bulan Sekali, Dampak Pecahan Kaca Mobil Saat Ledakan Bom Bali I

 Rabu, 12 Oktober 2022 | Dibaca: 238 Pengunjung

Thiolina F Marpaung (48) sebagai penyintas dan saksi mata peristiwa ledakan dahsyat bom Bali I. Ia menceritakan peristiwa serpihan kaca mobil dikendarainya mengenai bola matanya, Rabu (12/10/2022).

www.mediabali.id, Badung. 

Rasa ketakutan dan trauma mental masih menyelimuti sebagian korban  atau penyintas tragedi Bom Bali I, persisnya 12 Oktober 2002 atau 20 Tahun lalu saat terjadi ledakan dahsyat atas ulah terorisme.

Salah satu pengurus Yayasan Istri Suami Anak (Isana) Dewata tragedi bom Bali, Thiolina F Marpaung (48) merupakan salah satu saksi mata dan korban tragedi bom Bali I di sekitar Sari Club. Ia dan beberapa kawannya mengendarai mobil, saat hendak melintasi jalanan Legian-Kuta, Badung, di mana kondisi jalan malam kala itu macet dan dipenuhi dentuman musik-musik club malam.

"Malam itu (Peristiwa Bom Bali 1) saya kebetulan lewat di sekitar Sari Club, di titik lokasi bom dengan naik mobil bersama dua rekan-rekan kerja saya. Ledakan terjadi cepat, dua teman saya sampai terbakar, tetapi mereka hidup. Sedangkan saya, gak sampai terbakar, tetapi muka saya hancur waktu itu. Puji Tuhan saya ada yang menolong saat terjadinya ledakan. Ledakan itu membuat lensa mata saya pecah di kiri dan kanan kemasukan beling kaca mobil (serpihan kaca kecil-red) yang membuat harus diganti lagi kedua lensanya," ujar Lina sapaan akrabnya, diwawancarai Media Bali, Rabu (12/10/2022) di Monumen Tragedi Kemanusiaan, Legian-Kuta, Badung.

Kondisi bola mata Lina tidak stabil, jika dulunya melihat sinar laptop bisa sampai 14 jam. Kini Lina harus membatasi waktu melihat sinar laptop dan benda bercahaya lainnya, sebab hanya 5 jam dia sudah merasa pusing.

"Saya berharap tahun ini tidak lagi peringatan, di mana tidak usah diingat-ingat (peristiwa) yang kurang baik itu dulu, atau 20 tahun lalu. Tapi, kita berdoa untuk yang ada dan yang masih hidup sekarang ini bisa menjadi lebih sehat, karena sampai hari ini juga yang menjadi korban masih terus mengingat dan memperbaiki (kesehatan tubuh dan pikiran mental) sama seperti saya," terangnya.

Cerita diungkapkan Lina, dampak serpihan pecahan kaca mobil mengenai kedua bola matanya, tidak ada yang dapat mengungkapkan rasa sakitnya malam bom Bali I. Jika mengingat kembali peristiwa tersebut, Lina tampak ingin bersedih karena bom meledak dengan cepat dan kaca mobil lantas mengenai matanya.

"Jadi hari ini atau 20 Tahun yang lalu, dua bola mata saya masih terus di check up setiap dua bulan sekali. Selama 20 Tahun saya masih pakai tetes-tetes mata begitu dan bersyukur dokter yang merawat saya dari awal sampai sekarang masih sehat, sebab saya masih takut untuk pindah ke dokter yang lainnya. Dokter yang lain tidak tahu, mata saya ini diapakan dengan dokter terdahulu di Australia," ucap wanita berkacamata ini asal Medan, tetapi sudah menetap lama di Bali.

Maka melalui peringatan ke-20 peristiwa bom Bali I di Tahun 2022 ini, Lina turut berharap luka bathin dan mentalnya perlahan-lahan hilang. Pun termasuk teman-temannya yang berada di dalam satu mobil saat ledakan bom Bali I terjadi.

"Harapannya dengan adanya doa perdamaian, kami mentalnya semakin kuat. Ketika mental sudah kuat berarti fisik menjadi lebih sehat. Doa perdamaian ini bersama para keluarga korban bom Bali I, bersama-sama korban dari negara-negara lainnya," tandasnya. 012


TAGS :