Pendidikan

Rai Mantra: Modal Budaya Tidak Lagi Sekedar Bicara Budaya

 Kamis, 11 Januari 2024 | Dibaca: 333 Pengunjung

Dr. Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, SE., M.Si., menekankan modal budaya sangat penting dipahami untuk membangun dan mengembangkan konsep daerah Bali lebih baik di akan datang, Kamis (11/1/2024)

www.mediabali.id, Denpasar. 

Dr. Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, SE., M.Si., mencermati mendalam salah satu konteks persoalan masyarakat Bali di tengah perkembangan kekinian, yakni ekonomi dan pelestarian budaya.

Rai Mantra memilih maju di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Provinsi Bali. Baginya, masyarakat Bali sejak dahulu memiliki modal budaya. Potensi ini belum dipahami menyeluruh, sehingga modal budaya yang dimiliki harus melekat dahulu di hati dan pikiran masyarakat Bali.

Rai Mantra mencermati pandangan Sandiaga Uno Tahun 2021 bahwa modal budaya dimaksud bukan semata-mata soal budaya-nya, tetapi konsep ide yang perlu didukung payung hukum.

"Masyarakat kita saat ini hanya berbicara tentang budaya. Budaya, budaya, dan budaya. Tetapi zaman sekarang, kalau kita hanya bicara budaya itu hanya bersifat normatif sekali atau banyak persepsi. Sesungguhnya budaya itu harus dibicarakan lebih detail, lebih potensial kepada potensi. Budaya itu merupakan potensi, yaitu modal budaya. Tidak sekedar bicara budaya. Kita harus berbicara tentang modal budaya atau culture capital," ujar Walikota Denpasar Periode Tahun 2008-2021 ini ditemui, Kamis (11/1/2024).

Modal budaya, lanjut Putra Mantan Gubernur Bali, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra ini adalah suatu potensi dari suatu kehidupan di Bali. Hal ini akan berkaitan dengan paradigma, pikiran, hingga kapitalisme.

"Nah, kalau bicara potensi modal budaya, itu bicara intelektual capital kita di Bali selama ini. Budaya itu dijadikan suatu potensi yang menghasilkan mentransformasikan tingkat material dan kesejahteraan untuk masyarakat, hingga menghasilkan uang dan devisa yang memberikan retribusi bagi pendapatan negara," katanya.

Ditambahkan Rai Mantra, potensi budaya harus disadari bersama para politisi, pemimpin, dan masyarakat. Apabila potensi budaya itu di modal budaya, bukan modal material. Modal budaya merupakan bagian dari intellectual capital.

"Jangan dikatakan budaya itu bukan potensi, itu adalah potensi karena menghasilkan devisa negara. Itu yang saya ingin suarakan secara netral dan ditelaah kepada orang yang tinggal di Bali supaya bicara modal budaya, bukan budaya," tegas Rai Mantra yang secara resmi menjadi Lulusan Terbaik dengan meraih IPK 4.00 dan menyandang predikat Dengan Pujian. Sekaligus Doktor ke-106 pada Program Studi Doktor Ilmu Manajemen dan menjadi Doktor ke-209 pada lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, pada Wisuda ke-155 Universitas Udayana di Gedung Widya Sabha, Universitas Udayana, Sabtu (19/8/2023) lalu.

Salah satu contoh modal budaya yang menyebabkan orang Bali, memiliki harkat dan martabat adalah terciptanya Subak.

"Subak, menandakan orang Bali sudah mengetahui teknik dan teknologi pada zamannya. Kedua, terkait penelitian saya tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Kita ketahui LPD ini adalah konsep perkawinan antara modal budaya dan ekonomi modern. Hal itu sebagai budaya yang terlembagakan, adanya pertukaran budaya dan modal ekonomi. LPD itu tidak bisa diukur dengan modal ekonomi saja, tetapi hybrid dengan nilai-nilai budaya yang ada dan dijembatani dengan modal sosial yang ada," bebernya, yang mengangkat Disertasi yang berjudul 'Peranan Modal Budaya Dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan LPD di Bali Saat Covid-19 bertujuan untuk menguraikan serta menjelaskan peranan struktur organisasi, modal budaya, risiko kredit dalam meningkatkan kinerja keuangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali'.

Modal budaya berinteraksi dengan mekanisme tourism, sehingga lahirlah pariwisata budaya. "Jadi mulai sekarang kita bicara modal budaya, karena itu menjadi potensi kehidupan kita ke depan," tandasnya. 012


TAGS :