Peristiwa

Piala Dunia U-20 Batal, Komunitas Masyarakat Peduli Timnas Indonesia Gelar Aksi di DPRD Bali

 Kamis, 30 Maret 2023 | Dibaca: 254 Pengunjung

Gusti Putu Artha mantan Komisioner KPU RI, geram atas sikap Gubernur Koster yang berdampak atas batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, Rabu (30/3/2023).

www.mediabali.id, Denpasar. 

Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) akhirnya resmi mencopot status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 Tahun 2023, Rabu (29/3) malam.

Keputusan FIFA diumumkan setelah Presiden Gianni Infantino, melakukan pertemuan bersama Ketua Umum PSSI Erick Thorir. Dampak lainnya, FIFA dapat memberikan sanksi terhadap PSSI atas keputusan batalnya drawing Piala Dunia U-20, Jumat (31/3) dan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 pada 20 Mei-11 Juni 2023 dengan diikuti 24 negara peserta.

Gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, memicu aksi spontanitas dan rasa kepedulian dari Komunitas Masyarakat Peduli Timnas Indonesia. Simpatisan aksi pecinta bola ini membentangkan spanduk bertuliskan 'Terima kasih kepada Wayan Koster atas suksesnya menghancurkan masa depan sepak bola Indonesia'.

Mereka menyatukan persepsi dan menyatakan kedepannya akan melakukan aksi lebih besar, jika Koster tidak meminta maaf terhadap publik Bali.

"Kalau Pak Koster, nanti malam (Kamis malam-red) Pak Koster minta maaf, kami akan selesai (gerakan berhenti-red)," kata Gusti Putu Artha, Kamis (31/3) kemarin di Wantilan DPRD Bali, Renon, Kota Denpasar.

Diungkapkan Putu Artha, dia tidak memiliki kepentingan apapun mengenai penyampaian sikap atas gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.

Namun, dia sangat menyayangkan sikap Koster yang dinilainya ceroboh, sehingga berdampak atas batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.

"Setelah ini saya meniatkan untuk menghubungi titik-titik simpul komunitas yang lain, baik supporter Bali United dan para pihak yang merasa dirugikan untuk bersama-sama menyatukan kekuatan serta menyatakan sikap lebih besar kepada DPRD Bali sekaligus Gubernur Bali atas persoalan ini," tegas kader Partai NasDem ini.

Batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, menurut FIFA karena mempertimbangkan situasi terkini. Namun, tragedi Stadion Kanjuruhan juga dicuplik secara khusus dalam siaran pers pembatalan.

Putu Artha secara ringkas menekankan kembali Koster untuk meminta maaf terhadap masyarakat Indonesia dan Bali, menyangkut batalnya perhelatan sepak bola dua tahun sekali tersebut. Terlebih proses meraih kesempatan menjadi tuan rumah sejak 2019 lalu, tidak mudah diraih dengan membalik telapak tangan.

"Kami tidak muluk-muluk karena ini sudah terjadi, kami berharap Gubernur Bali secara kesatria meminta maaf kepada rakyat Indonesia dan rakyat Bali. Itu saja buat kami sudah cukup. Mohon maaf, begitu saya lihat pemimpin yang tidak benar seperti ini, darah saya 'mendidih'. Saya tidak bisa diam, saya melihat pemimpin dengan kecerobohannya menghancurkan nama baik Bangsa Indonesia, saya sangat marah," paparnya.

Melalui pertemuan terhadap simpul-simpul pergerakan peduli Timnas, Putu Artha tetap akan memantau dan tidak ingin ada kekerasan, karena ia menyadari yang mengawali gerakan ini. Gerakan untuk Timnas Indonesia ini ditegaskan mewakili perasaan masyarakat Bali, khususnya pecinta bola.

"Saya mewakili perasaan rakyat Bali, yang sebagian merasa hancur oleh kebijakan Gubernur kita," tandas Putu Artha mantan komisioner KPU RI ini.

Hal penting lainnya, lanjut Putu Artha, dari segi pendapatan ekonomi hampir setengah triliun devisa Bali hilang karena batalnya Piala Dunia U-20.

"Ada 24 negara, masuk ke Bali, bawa supporter 200 orang lebih, masing-masing mengeluarkan uang Rp50 Juta, itu sudah Rp 240 Miliar. Mereka pasti akan ada yang sekalian berlibur ke Bali. Publikasi hebat Piala Dunia itu menghasilkan tamu datang ke Bali. Uang yang seharusnya juga dapat menghidupi para guide hilang percuma," tandasnya.

Meski sebelumnya Presiden Jokowi sampai mengutus Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir terbang ke markas FIFA. Hal ini demi menghindari sanksi pengucilan dan pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah. Usulan pertandingan yang melibatkan Timnas U-20 Israel digelar di luar Indonesia menjadi salah satu yang muncul. Namun, kembali seluruhnya gagal terlaksana dan FIFA memutuskan Indonesia dicoret sebagai tuan rumah. 012​​​​


TAGS :