Lingkungan

Tradisi Gebuk Lesung di Desa Jatiluwih, Kearifan Lokal Turun Temurun

 Minggu, 29 September 2024 | Dibaca: 203 Pengunjung

Keindahan sawah-sawah di Desa Jatiluwih, Tabanan, dipadukan keterampilan ibu-ibu PKK dalam tradisi gebuk lesung berisi padi.

www.mediabali.id, Tabanan. 

Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi penggerak ekonomi masyarakat, tanpa terkecuali di Desa Jatiluwih, Tabanan. Mayoritas masyarakatnya bergerak disektor pertanian yang menjadi warisan leluhur sejak zaman dahulu, Senin (30/9/2024).

Guna mempertahankan budaya yang asri, Desa Jatiluwih memberikan keistimewaan terhadap sawah-sawah yang dimiliki, bahkan sudah diakui dunia sebagai salah satu sawah terbaik.

Sawah memberikan kehidupan untuk warga Desa Jatiluwih dan masyarakat di Bali, tentunya wajib dijaga dari derasnya pembangunan fisik yang dapat merusak ekosistem mata air dan alam persawahan di sekitarnya.

Bupati Tabanan Dr. Komang Sanjaya, SE., MM., mengatakan beragam tradisi yang dimiliki Desa Jatiluwih patut dilestasikan generasi muda. Ia menilai kekayaan budaya dan alam terasering sawahnya yang indah sudah diakui Unesco sebagai heritage. Termasuk tradisi di dalamnya seperti, menanam padi, merawat padi, memupuk padi, hingga menuju ke tradisi Gebuk Lesung. Menariknya, Gebuk Lesung ini ditampilkan ibu-ibu PKK yang konsisten menerapkan teknologi tradisional, mengebuk padi dan mengolah padi menjadi beras.

"Ada tradisi subak dan tradisi gebuk lesung, tradisi nginang dan lainnya. Semuanya masih asri dilakukan di Desa Jatiluwih, bahkan rata-rata saya tanya ibu-ibu bisa menumbuk padi sampai 10 Kg per hari,” terangnya belum lama ini.

Ditambahkan Bupati Sanjaya, tata kelola manajemen air turun temurun di zaman leluhur Empu Kuturan, tampak jelas dapat dimanfaatkan sampai saat ini di Desa Jatiluwih, Tabanan. Maka belum lama ini lewat Jatiluwih Festival ke-V, dia memberikan apresiasi karena Desa Jatiluwih mampu menampilkan budaya, tradisi, dan kuliner tradisional.

"Saat saya datang disambut tarian Paksi Jatayu, yang dimaknai sebagai simbol kesetiaan dan kemakmuran. Mudah-mudahan lewat simbol Jatayu, di Desa Jatiluwih semakin rahayu. Ada juga sambutan dari Tarian Panyembrana dari Ibu-ibu PKK di Desa Jatiluwih. Banyak tamu mancanegara berlibur dan tertarik datang mencari kearifan lokal di Desa Jatiluwih,” ucapnya.

John K. Purna selaku Manager Pengelola Desa Jatiluwih menuturkan masyarakat lokal, baik anak muda, PKK, dan Lansia, saling berinteraksi untuk menjaga kelestarian sawah-sawah di Jatiluwih. Kolaborasi demikian telah ditunjukkan dalam Jatiluwih Festival 2024 lalu.

"Kami libatkan masyarakat lokal. Targetnya banyak kunjungan penduduk dan wisatawan datang ke Jatiluwih Festival. Kami tampilkan di pembukaan cara mencangkul, menanam padi di sawah dan mengolah menanam padi di sawah, ini menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat kami. Lewat tema Swasthi Bhuana kita tingkatkan rasa syukur dan membahagiakan bumi," pungkasnya. 012


TAGS :