Pendidikan
Persaingan Gen Z Menapaki Dunia Kerja Oleh : Dr. Desak Made Febri Purnama Sari, SE.,MM.
Kamis, 21 November 2024 | Dibaca: 1520 Pengunjung
Di tengah arus perubahan global yang semakin dinamis, generasi Z (mereka yang lahir antara tahun 1997 - 2012), menghadapi tantangan unik dalam menapaki dunia kerja.
Berbeda dari generasi sebelumnya, Gen Z tumbuh dalam lingkungan digital yang serba cepat, dengan kemajuan teknologi yang tidak hanya mengubah cara bekerja tetapi juga menciptakan persaingan yang semakin ketat.
Umumnya Generasi Z memasuki pasar kerja dengan semangat tinggi. Mereka dikenal memiliki ambisi besar dan ingin meraih karir yang tidak hanya memberikan penghasilan tetapi juga makna. Namun, mereka dihadapkan pada realitas yang penuh kompetisi.
Seiring perkembangan teknologi, banyak pekerjaan manual yang digantikan otomatisasi dan kecerdasan buatan. Sebuah laporan dari World Economic Forum (2020) menyebutkan bahwa pada tahun 2025, sekitar 85 juta pekerjaan diperkirakan akan tergantikan oleh teknologi baru.
Situasi ini memaksa Gen Z untuk bersaing tidak hanya dengan sesama manusia, tetapi juga dengan mesin. Selain itu, mereka juga harus beradaptasi dengan tuntutan dunia kerja yang kini lebih menitikberatkan pada keterampilan digital, komunikasi global, serta kemampuan berpikir kritis.
Meski menghadapi tantangan, Gen Z memiliki keunggulan yang membuat mereka mampu bersaing. Mereka adalah digital natives—generasi yang tumbuh dengan teknologi di ujung jari mereka. “Kemampuan mereka menguasai teknologi digital menjadikan mereka lebih adaptif terhadap perubahan,” ujar Dr. Karen Smith, seorang peneliti tenaga kerja global dari Universitas Harvard (Smith, 2022).
Keunggulan lain dari Gen Z adalah pola pikir inklusif dan kepekaan terhadap isu sosial. Generasi ini cenderung mencari pekerjaan yang sejalan dengan nilai-nilai pribadi mereka, seperti keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial. Hal ini membuat mereka tidak hanya bekerja untuk diri sendiri, tetapi juga berkontribusi pada perubahan positif di masyarakat. Namun, persaingan di dunia kerja tidak selalu berjalan mulus. Gen Z sering kali harus bersaing dengan generasi milenial yang lebih berpengalaman.
Dalam survei yang dilakukan oleh LinkedIn (2023), ditemukan bahwa 45% manajer masih lebih memilih kandidat dengan pengalaman kerja lebih panjang, meskipun keterampilan teknologi kandidat Gen Z lebih unggul. Selain itu, persaingan internal di antara Gen Z juga cukup sengit. Banyak dari mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan gelar akademik dan sertifikasi tambahan guna meningkatkan daya saing di pasar kerja. Di sisi lain, hal ini bisa menimbulkan tekanan mental. “Saya merasa harus terus belajar dan mengambil kursus baru agar tidak tertinggal,” ungkap Rani (23), seorang mahasiswa pascasarjana yang juga bekerja paruh waktu. Tekanan ini sering kali menyebabkan burnout di usia muda. Menurut data dari American Psychological Association (APA), hampir 40% Gen Z melaporkan merasa stres berat karena tekanan kerja dan persaingan karier.
Untuk menghadapi tantangan ini, Gen Z dituntut untuk mengembangkan soft skills selain menguasai teknologi. Kemampuan komunikasi, kepemimpinan, serta kemampuan untuk bekerja dalam tim menjadi kunci keberhasilan. “Perusahaan tidak hanya mencari orang yang pintar, tetapi juga yang dapat bekerja sama dengan baik dalam tim,” kata John Doe, CEO sebuah perusahaan teknologi global (Business Insider, 2023).
Selain itu, membangun jejaring profesional sejak dini juga menjadi strategi penting. Dengan memanfaatkan platform seperti LinkedIn, Gen Z dapat menjangkau peluang kerja yang lebih luas. Mereka juga didorong untuk terus belajar sepanjang hayat (lifelong learning) agar tetap relevan di pasar kerja yang terus berubah.
Meskipun persaingan di dunia kerja sangat ketat, Gen Z memiliki potensi besar untuk sukses. Dengan keunggulan sebagai generasi yang adaptif dan melek teknologi, mereka mampu menciptakan inovasi dan memberikan kontribusi signifikan di tempat kerja. Namun, keberhasilan mereka juga bergantung pada kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara ambisi dan kesehatan mental. Sebagai generasi muda yang menjadi tulang punggung masa depan, Gen Z perlu melihat tantangan sebagai peluang. Dengan terus belajar, beradaptasi, dan membangun relasi profesional yang baik, mereka tidak hanya mampu bersaing, tetapi juga menciptakan masa depan kerja yang lebih baik dan inklusif. Penulis adalah Dosen FEB Undiknas Denpasar.
TAGS :