Kesehatan

Penyakit Jantung Rematik: Penyakit Katup Jantung  yang Menyerang di Usia Muda

 Rabu, 14 September 2022 | Dibaca: 561 Pengunjung

Soal penyakit jantung rematik, dipaparkan dr. Alif Hakim Alamsyah dalam artikelnya, dimana penyakit jantung rematik atau penyakit katup jantung diduga dapat mengenai generasi muda.

www.mediabali.id, Denpasar. 

Ketika mendengar kata 'rematik', maka yang terpikirkan adalah suatu penyakit yang menyerang populasi lanjut usia dan umumnya memiliki gejala di persendian.

Namun, cakupan dari penyakit rematik sebenarnya cukup luas, tidak terbatas pada suatu populasi usia tertentu dan gejalanya tidak terbatas hanya pada persendian saja. Penyakit ini dapat melibatkan organ lain, termasuk jantung. 

Apa itu penyakit jantung rematik? 
Penyakit jantung rematik atau secara international dikenal dengan Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah terminologi untuk mendefinisikan penyakit rematik yang menimbulkan gejala/permasalahan pada organ jantung.

Penyakit jantung rematik paling sering ditemukan pada usia 5-14 tahun dengan didahului oleh adanya 'demam rematik' atau rheumatic fever. Penyakit jantung rematik menimbulkan gangguan pada katup jantung, yang umumnya menyerang katup jantung 'mitral', yaitu katup yang memisahkan bilik kiri dan serambi kiri jantung manusia. Penyakit ini juga dapat menyerang katup lain seperti katup aorta dan katup tricuspid.

Bagaimana jumlah dan gambaran kasus penyakit ini di Indonesia? Penyakit jantung rematik merupakan penyakit yang jarang ditemukan pada populasi benua Eropa dan Amerika, namun penyakit ini merupakan penyakit endemik di benua Asia dan Australia, utamanya pada negara berkembang. Dalam laporan World Health Organisation (WHO) tahun 2001 angka kematian untuk RHD berada di kisaran 0.5 per 100.000 penduduk di negara maju dan 8.2 per 100.000 penduduk di negara berkembang.

Kasus tertinggi didapatkan di regio sub-Sahara Afrika dengan 5.7 kasus per 1000 anak-anak usia 5-14 tahun. Di Indonesia sendiri belum terdapat data yang menggambarkan beban penyakit ini secara menyeluruh. Beberapa studi menunjukkan bahwa penyakit jantung rematik ditemukan pada 3 – 8 kasus per 1000 anak usia 5-15 tahun.

Pada sebuah studi lain, terfokus di Rumah Sakit Jantung Pusat Harapan Kita, menggambarkan prevalensi dari penyakit jantung rematik sebanyak 279 kasus pada tahun 2012-2018 dengan 38.7% ditemukan pada usia anak-anak dan 61.3% pada usia dewasa muda. Wanita memiliki prevelansi lebih tinggi dibanding laki-laki dengan perbandingan 1.5:1.

Apa penyebab penyakit jantung rematik dan bagaimana perjalanan penyakitnya?
Penyakit jantung rematik pada dasarnya merupakan manifestasi lanjutan dari demam rematik. Demam rematik merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri streptococcus beta haemolytic group A. Bakteri ini merupakan salah satu penyebab tersering dari infeksi saluran pernapasan atas (infeksi tenggorokan) pada anak-anak. Tubuh akan merespon infeksi ini dengan mengeluarkan antibodi, antibodi yang paling sering dikeluarkan oleh tubuh sebagai respon terhadap infeksi adalah antistreptolisin-O (ASTO).

Namun sayangnya, antibodi ini bukan hanya menyerang bakteri tersebut namun juga menyerang sel tubuh sendiri (autoimun) dikarenakan terdapat sel tubuh kita yang strukturnya menyerupai bakteri streptococcus tersebut.

Hal ini menjadi penyebab munculnya penyakit lanjutan dari demam rematik, termasuk penyakit yang terjadi pada jantung. Lebih dari 60% pasien dengan penyakit demam rematik berkembang menjadi penyakit jantung rematik.

Penyakit jantung rematik terjadi dikarenakan adanya proses autoimun yang utamanya terjadi pada katup jantung. Proses autoimun ini kemudian akan meninggalkan jaringan parut pada katup jantung dan menggangu fungsi katup jantung. 

Apa saja gejala atau tanda pada penyakit jantung rematik? Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, penyakit jantung rematik merupakan penyakit lanjutan dari penyakit demam rematik.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui terlebih dahulu gejala dari demam rematik. Demam rematik disebabkan oleh bakteri streptococcus yang umumnya menyebabkan infeksi tenggorokan pada anak-anak. Hampir seluruh anak-anak atau remaja mengalami gejala infeksi tenggorokan sebelum mengalami gejala demam rematik.

Gejala infeksi tenggorokan yang dimaksud adalah demam, batuk, sakit saat menelan, kemerahan pada tenggorokan dan rasa tersumbat pada tenggorokan. Lalu setelah beberapa waktu, umumnya 1-5 minggu berikutnya, akan timbul gejala-gejala demam rematik, seperti nyeri pada persendian, timbulnya nodul (benjolan) dibawah kulit, timbulnya kemerahan pada kulit, gangguan pergerakan tubuh, dan demam yang kembali muncul.

Setelah demam rematik, komplikasi tersering yang muncul adalah gangguan pada jantung (Penyakit jantung rematik). Gejala yang dapat timbul pada penyakit jantung rematik adalah gejala demam rematik ditambah gejala keterlibatan organ jantung berdebar hilang-timbul tanpa sebab yang jelas, sesak saat beraktivitas, sesak saat tidur, rasa tidak nyaman di dada kiri, dan bengkak pada tungkai bawah.

Tanda yang sering ditemukan adalah didapatkannya murmur pada pemeriksaan dengan stetoskop oleh dokter. Tentunya kepada masyarakat utamanya wanita usia produktif apabila menemukan gejala tersebut, baik demam rematik atau penyakit jantung rematik, segera lakukan pemeriksaan ke dokter spesialis jantung dan pembuluh darah guna mengetahui lebih pasti apakah hal tersebut berkaitan dengan penyakit rematik atau disebabkan karena hal lainnya.

Catatan penting: Penyakit jantung rematik dapat terjadi tanpa didahului oleh adanya gejala dari demam rematik pada beberapa orang. Oleh karenanya, tetap lakukan pemeriksaan jika terdapat gejala keterlibatan organ jantung, seperti: berdebar tanpa sebab, sesak saat beraktivitas, nyeri dada kiri.

Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan?
Jika dirasakan mengalami gejala dari demam rematik dan atau penyakit jantung rematik seperti yang telah disebutkan diatas, segeralah periksa ke dokter spesialis jantung untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

Pemeriksaan umumnya akan dibagi menjadi beberapa tahap dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 

Pada anamnesis atau wawancara, dokter utamanya akan menanyakan mengenai keluhan yang dirasakan, dimulai dari onset keluhan hingga keluhan-keluhan lain yang menyertai. Selain itu, dokter juga akan menanyakan terkait riwayat penyakit terdahulu. Ingat bahwa riwayat sakit tenggorokan wajib disampaikan kepada dokter saat dokter menanyakan mengenai riwayat penyakit terdahulu. Lalu dokter akan menanyakan riwayat keluhan serupa dan penyakit pada keluarga dan menanykan terkait riwayat sosial dan lingkungan disekitar anda. 

Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, di sini dokter utamanya akan memeriksa apakah terdapat gangguan pada jantung. Menggunakan stetoskop untuk mendengar apakah ada suara 'murmur' yang merupakan temuan khas dari adanya gangguan katup jantung. Dokter juga akan memeriksa kondisi secara menyeluruh untuk mengetahui apakah ada manifestasi lain dari demam rematik yang muncul di luar organ jantung.

Pemeriksaan penunjang yang umumnya dilakukan adalah pemeriksaan kadar antistreptolisin-O (ASTO), pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) atau rekam jantung, dan pemeriksaan echocardiography atau USG Jantung.

Pemeriksaan kadar ASTO umumnya dilakukan untuk mengetahui apakah sedang terjadi infeksi akut (infeksi dalam 7 hari terakhir) dari bakteri streptococcus atau tidak. Batas kadar ASTO yang dianggap normal adalah <200, jika terdapat nilai ≥ 200 maka dianggap positif dan mengindikasikan sedang terjadi infeksi akut.

Rekam jantung umumnya menunjukkan gambaran yang normal pada fase awal penyakit jantung rematik dan baru menunjukkan gangguan ketika sudah muncul komplikasi seperti gagal jantung. Oleh karenanya gambaran normal pada rekam jantung tidak mengindikasikan hasil yang negatif.

Echocardiography/USG Jantung merupakan salah satu pemeriksaan terbaik untuk mengetahui apakah sedang mengalami penyakit jantung rematik atau tidak. USG jantung digunakan untuk mengetahui apakah terdapat gangguan katup atau tidak, katup apa yang mengalami gangguan, dan seberapa parah gangguan yang terjadi pada katup tersebut.

Pemeriksaan USG jantung juga sangat baik untuk melihat apakah seseorang menderita penyakit jantung rematik atau hanya demam rematik saja.

Bagaimana pengobatan yang akan diberikan jika terdiagnosa penyakit jantung rematik?
Jika berdasarkan seluruh pemeriksaan anda dinyatakan mengidap penyakit jantung rematik. Maka tidak perlu khawatir, dengan berkembangnya berbagai pengobatan angka mortalitas pada penyakit jantung rematik semakin menurun dari tahun ke tahunnya.

Pengobatan dibagi menjadi dua yaitu profilaksis primer dan profilaksis sekunder. Profilaksis primer digunakan pada fase akut tujuannya untuk mengeradikasi bakteri streptococcus dan menghindari paparan berulang dari bakteri tersebut. Pilihan obat-obatannya adalah obat-obatan antibiotik oral yang diminum selama 10 hari. Hati-hati jika anda mempunyai alergi, ingat untuk menyampaikannya kepada dokter saat dokter meresepkan obat.

Profilaksis sekunder digunakan untuk mencegah infeksi berulang dari bakteri streptococcus, sehingga diharapkan demam rematik tidak berkembang menjadi penyakit jantung rematik dan atau penyakit jantung rematik tidak semakin parah akibat infeksi berulang. Dokter spesialis jantung akan menawarkan dua pilihan profilaksis sekunder berdasarkan metode masuknya obat kedalam tubuh. Profilaksis sekunder dengan injeksi intramuscular (injeksi pada otot) atau dengan oral.

Profilaksis sekunder dengan injeksi intramuscular adalah pengobatan terbaik yang ditemukan hingga saat ini. Pengobatan injeksi intramuscular dilakukan hanya 1 kali setiap 21-28 hari sedangkan pengobatan oral dikonsumsi setiap hari.

Profilaksis sekunder akan diberikan 5-10 tahun lamanya atau sampai dengan usia 21 tahun. Selain itu dokter spesialis jantung juga akan melakukan pemeriksaan USG jantung ulang untuk melihat efektifitas dari pengobatan yang dijalani. Pemeriksaan ulang dilakukan setiap 6/12 bulan sekali bergantung terhadap derajat keparahan dari penyakit jantung rematik yang diderita.

Prognosis yang baik dengan profilaksis sekunder Walau pengobatan dirasakan memakan waktu cukup lama, namun studi telah membuktikan efektifitas dari profilaksis sekunder yang dijalani secara rutin.

Tujuan utama dari pengobatan jangka panjang ini adalah untuk mencegah rekurensi dari demam rematik dan mencegah perkembangan dari penyakit jantung rematik.

Pada pasien dengan penyakit jantung rematik ringan, pengobatan rutin dengan profilaksis sekunder selama 5-10 tahun dapat memberikan penyembuhan sempurna dari gangguan katup yang diderita.

Pasien dengan penyakit jantung rematik sdang-berat dapat menghindari dilakukannya operasi penggantian katup dengan pemberian profilaksis sekunder berkelanjutan selama 5-10 tahun.  Adv


TAGS :