Kesehatan

Implementasi Rapid Test Antigen Covid-19 dalam Studi Rapid-INA

 Sabtu, 26 November 2022 | Dibaca: 338 Pengunjung

Penelitian terhadap penggunaan rapid test antigen, dikaji ke dalam studi RAPID-INA oleh Pusat Kedokteran FK-KMK UGM kerjasama dengan The Kirby Institute UNSW, Sabtu (26/11/2022).

www.mediabali.id, Denpasar. 

Penanggulangan pandemi Covid-19 menjadi salah satu perhatian Pusat Kedokteran Tropis, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM), yang bekerja sama dengan The Kirby Institute, University of New South Wales (UNSW), dengan melaksanakan stakeholder meeting studi lewat tema 'Accelerating Uptake of COVID-19 Ag RDTs in the Indo Pacific (Accelerator)'.

Prof. dr. Tri Wibawa,
Ph.D., Sp.MK (K) mengatakan penelitian yang dilakukan bertujuan mendorong perluasan Rapid Diagnostic Test (RDT) Antigen Covid-19 atau sering disebut rapid test antigen, di mana dengan memperkuat kerjasama antara pemerintah dan swasta penyelenggara rapid test antigen di Indonesia.

Prof. Tri sebelumnya menyatakan bahwa studi telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Denpasar sejak Februari 2022, di mana telah menyelesaikan pengumpulan data lainya, vignette survey terhadap tenaga kesehatan yang melakukan tes rapid antigen Covid-19, observasi, dan pengumpulan data sekunder penggunaan rapid test antigen Covid-19.

"Kalau virus atau Covid-19-nya sendiri tentu sudah diketahui oleh kita semua. Belum ada data itu (mendeteksi) penggunaan Rapid Test, tetap bermanfaat atau tidak. Yang jelas penelitian kami ini tidak menyinggung tentang efektifitas angka penggunaan rapid test di Kota Denpasar atau di Yogyakarta," ujar Prof. Tri Wibawa selaku Ketua Peneliti Studi RAPID-INA, Sabtu (26/11/2022) di Mercure Bali Sanur Resort, Sanur, Denpasar Selatan.

Prof. dr. Ari Probandari, MPH., Ph.D., sekaligus anggota peneliti studi RAPID-INA menambahkan peneliti dan pemangku kepentingan terkait diharapkan melakukan kerjasama dalam upaya mengoptimalkan penggunaan antigen rapid test untuk Covid-19.

"Ada angka, tapi yang jelas dipengaruhi oleh regulasi. Jadi ketika ada pelonggaran tentu saja angkanya menurun. Kalau persentasenya harus dicek dahulu, meski sudah ada hasilnya dan kami belum dapat untuk publikasikan," katanya.

Prof. dr. Ari Probandari menegaskan apabila terkait regulasi dinilai masih bervariasi dan tergantung dari regulasi yang ditetapkan di tingkat nasional. Maka tentu saja, pemerintah tetap memperhitungkan kembali situasi epidemiologi terakhir dan perkembangan terkahir Covid-19 terakhir di suatu wilayah.

"Kedepannya bersama-sama pemangku kepentingan kita ingin rekomendasi bersama yang didiskusikan ini bisa dipakai oleh berbagai pemangku kepentingan dan bersama-sama menggunakan penggunaan antigen rapid test untuk Covid-19," tegasnya.

Prof. Virginia Wiseman selaku tim peneliti dari The Kirby Institute UNSW dan London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM) mengungkapkan dia mendukung adanya antigen rapid test untuk Covid-19, di mana telah berdasarkan hasil penelitian peneliti studi RAPID-INA.

Sementara itu, dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH., Ph.D., menyinggung peraturan terbaru yang dikeluarkan pemerintah terkait penggunaan rapid test antigen adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/3602/2021.

"Adanya variasi penerapan peraturan tersebut diantara penyedia layanan kesehatan, juga perlunya monitoring dan evaluasi, serta pelatihan bagi staf yang melakukan tes di fasilitas kesehatan (Faskes)," imbuhnya.

Utsamani Cintyamena, MPH., menerangkan tentang keterlibatan sektor-sektor dalam mendukung kapasitas pemeriksaan di Indonesia, yang sudah berlangsung sedari awal pandemi, seperti penyediaan layanan bagi pelaku perjalanan dan pasien di faskes.

"Sektor swasta juga berkontribusi dalam pencatatan dan pelaporan kasus pada sistem surveilans. Sayangnya, implementasi ini masih mengalami beberapa tantangan, seperti adanya variasi insentif dan kurangnya pengawasan mutu layanan. Penting kerjasama yang baik antara sektor pemerintah dan swasta dalam penyelenggaraan rapid test antigen," pungkasnya.

Kemudian di hari kedua, sejak pertemuan ini digelar mulai 25-26 November 2022. Diungkapkan dr. Wulandari mengenai positivity rates pada pemeriksaan rapid test antigen pada pasien bergejala, di mana ia menilai selama Januari-Juni 2022 terdapat lebih dari 92 ribu pengguna rapid test antigen dari 42  Faskes di Kota Yogyakarta dan Kota Denpasar.

Tujuan atas pemeriksaan tersebut adalah untuk skrining. Selain itu, terdapat 18 Faskes yang menyediakan data lebih dari 1.200 pasien bergejala Acute Respiratory Infection (ARI)/ Influenza Like Illness (ILI). Pasien bergejala tersebut memiliki positivity rates yang tinggi saat di tes menggunakan rapid test antigen.

Sedangkan, Habibi Rohman Rosyad, S.Ked., M.Sc., menegaskan terkait pentingnya pengetahuan dan praktik penyedia layanan kesehatan dalam hal manajemen penggunaan rapid test antigen.

"Apabila pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan terkait pelaksanaan rapid test antigen masih perlu untuk ditingkatkan, terutama dengan meningkatkan kualitas pelatihannya," tegasnya. 012


TAGS :